Di
desa sakkara, dekat Rajagaha, tinggalah orang yang sangat kaya tetapi kikir,
bernama Kosiya. Ia tidak suka memberikan sesuatu miliknya meskipun hanya
sebagian kecil. Suatu hari, untuk menghindari membagi miliknya dengan orang lain,
orang kaya dan istrinya tersebut membuat roti di bagian paling atas rumahnya di
tempat yang tidak seorang pun dapat melihat.
Suatu
pagi, Sang Buddha dengan pengelihatan supranaturalnya, melihat orang kaya
tersebut dan istrinya. Beliau mengetahui bahwa mereka akan dapat mencapai
tingkat kesucian sotapatti. Maka Sang Buddha mengirim Maha Moggallana ke rumah
orang kaya tersebut, dengan pentunjuk untuk membawa mereka ke vihsra Jetavana
pada saat makan siang.
Murid
Utama, Maha Moggallana, dengan kekuatan bathin luar biasanya, secara cepat sampai
di rumah Kosiya dan beridiri di jendela. Orang kaya tersebut melihat dan menyuruhnya
pergi, Yang Ariya Maha Moggallana hanya berdiri di jendela tanpa mengucapkan
sepatah kata pun.
Akhirnya,
Kosiya berkata pada istrinya: “Buatkan roti yang sangat kecil dan berikan pada
bhikkhu tersebut.” Istrinya hanya mengambil sedikit adonan dan meletakannya di panggangan
roti, dan roti tersebut mengembang memenuhi panggangan. Kosiya berpikir bahwa
istrinya pasti telah menaruh adonan terlalu banyak, maka ia hanya mengambil
sedikit sekali adonan dan meletakkan di panggangan. Roti tersebut juga
mengembang menjadi sangat besar. Hal ini terulang terus, meskipun mereka hanya
meletakkan sedikit adonan dalam panggangan, mereka tidak berhasil membuat roti
yang kecil.
Akhirnya,
Kosiya menyuruh istrinya untuk mendanaksn satu roti dari keranjang tersebut
kepada Maha Moggallana. Ketika istrinya mencoba untuk mengeluarkan sebuah roti
dari keranjang, roti tersebut tidak dapat dikeluarkan karena telah menjadi satu
dan tidak dapat dipisahkan. Saat itu juga Kosiya kehilangan semua seleranya
untuk menikmati roti tersebut dan menawarkan seluruh keranjang roti kepada Maha
Moggallana. Murid utama Sang Buddha kemudian menyampaikan kotbah tentang
kemurahan hati kepada orang kaya kikir berserta istrinya. Beliau juga
menyampaikan bahwa Sang Buddha telah menunggu mereka dengan lima ratus bhikkhu
di vihara Jetavana, di Savatthi, 45 yojana dari Rajagaha.
Maha
Moggallana dengan kekuatan bathin luar biasanya, membawa Kosiya dan istrinya
dengan keranjang roti tersebut, unutk menghadap Sang Buddha. Disana dia
mendanakan roti tersebut kepada Sang Buddha dan lima ratus bhikkhu. Selesai
makan siang, Sang Buddha menyampaikan kotbah mengenai kemurahan hati, dan
Kosiya beserta istrinya mencapai tingkat kesucian sotapatti.
Keesokan
sorenya, ketika para bhikkhu sedang bercakap-cakap dan memuji MahaMoggallana,
Sang Buddha menghampiri mereka dan berkata, “Para bhikkhu, seharusnya kamu juga
berdiam dan berkelaluan di desa seperti Maha Moggallana, menerima pemberian
dari penduduk desa tanpa mempengaruhi keyakinan dan kemurahan hati mereka atau kesejahteraan
mereka”
"Bagaikan
seeokor kumbang mengumpulkan madu dari bunga-bunga tanpa merusak warna maupun
baunya: demikian pula hendaknya orang bijaksana mengembara dari desa ke desa” (Dhammapada
49)
1 komentar untuk Cerita Buddhis: Kisah Kosiya, Orang Kaya yang Kikir.
Perlihatkan Semua Komentar Tutup Semua Komentar
Balas HapusThanks infonya. Oiya ngomongin orang kaya, temen-temen pernah nyadar ga sih kenapa orang kaya itu susah banget jatoh miskin? Kalo mau tau jawabannya cek di sini yak: Penyebab orang kaya sulit jatuh miskin