Paticcasamuppada
berarti “keadaan yang menempati siap untuk timbul/muncul bersamaan karena
syarat-syarat berantai”, atau sering diterjemahkan “Hukum sebab musabab yang
saling bergantungan”. Paticca samupada merupakan salah satu ajaran terpenting
dalam agama Buddha.
Segala
sesuatu di dalam kehidupan tidak ada yang timbul, terjadi atau lenyap secara
tiba-tiba (spontan), tanpa didahului sesuatu sebab dan akibat, tetapi semuanya
saling bergantungan. Baik dalam bentuk benda, kejadian, perbuatan, pikiran dan
lain-lainnya.
Sang
Buddha menerangkan tentang Paticcasamuppada pada Sutta Assutava yaitu
“Imasming
sati idam hoti, imasuppada idam uppajjati.
Imasmim asati idam na hoti, imassanirodha imam
nurujjhati.
“Dengan
adanya ini, adalah itu; dengan timbulnya ini, timbullah itu.
Dengan
tidak adanya ini, tidak adanya itu; dengan lenyapnya ini, lenyaplah itu.”
Paticcasamuppada
ada 12 faktor sebagai berikut :
1.
Avijja paccaya sankhara : Dengan adanya Avijja (kebodohan bathin) maka
muncullah Sankhara (bentuk-bentuk karma).
2.
Sankhara paccaya vinnanam : Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk karma) maka
muncullah Vinnana (kesadaran).
3.
Vinnana paccaya nama-rupam : Dengan adanya Vinnana (kesadaran) maka muncullah
Nama-Rupa (bathin jasmani).
4.
Nama-Rupa paccaya salayatanam : Dengan adanya Nama-Rupa (bathin-jasmani) maka
muncullah Salayatana (enam landasan indera).
5.
Salayatana paccaya phasso : Dengan adanya Salayatana (enam landasan indera)
maka muncullah Phassa (kesan-kesan/kontak).
6.
Phassa paccaya vedana : Dengan adanya Phassa (kesan-kesan kontak) maka
muncullah Vedana (perasaan).
7.
Vedana paccaya tanha : Dengan adanya Vedana (perasaan) maka muncullah Tanha
(keinginan rendah).
8.
Tanha paccaya upadanam : Dengan adanya Tanha (keinginan rendah), maka muncullah
Upadana (kemelekatan)
9.
Upadanna paccaya bhavo : Dengan adanya Upadana (kemelekatan) maka muncullah
Bhava (penjadian).
10.
Bhava paccaya jati : Dengan adanya Bhava (penjadian) maka muncullah Jati
(kelahiran).
11.
Jati paccaya jara-maranam : Dengan adanya Jati (kelahiran) maka muncullah Jara
(ketuaan) dan Marana (kematian).
Penjelasan
1.
Avijja atau Avidya (Sansekerta), berarti kegelapan bathin atau kebodohan
bathin, karena tidak menembus Empat Kesunyataan Suci, sehingga orang
terus-menerus berpegangan kepada kepercayaan tentang adanya "diri yang
kekal" atau "aku yang kekal" dan terpisah. Dengan itu orang terus
melakukan,dan mengikatkan dirinya pada perbuatan-perbuatannya yang baik atau
yang jahat, sehingga ia tumimbal-lahir terus-menerus.
2.
Sankhara, berarti bentuk-bentuk bathin yang mernpakan kehendak (cetana) yang
membabar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang juga dapat disebut
bentukbentuk karma.
3.
Vinnana, berarti kesadaran, yang dimaksudkan adalah kesadaran yang merupakan
akibat (vipaka) dari bentuk-bentuk karma (sankhara) yang baik atau yang jahat.
Kesadaran ini disebut "patisandhivinnana" atau kesadaran yang
bertumimbal lahir pada suatu bentuk kehidupan baru.
4.
Nama-Rupa, berarti bathin danjasmani. Dengan bathin disini hanya dimaksudkan
tiga Khandha (kelompok kehidupan), yaitu : vedana (perasaan), sanna
(pencerapan) dan sankhara (bentuk bathin). Sedangkan vinnana (kesadaran) tidak
termasuk, karena merupakan dasar syarat bagi pertumbuhan Nama-Rupa
(bathinjasmani). Tetapi, jika tidak berhubungan dengan Paticcasamuppada, maka
yang disebut Nama (Bathin) selalu terdiri dari empat khandha, yaitu vedana
(perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (bentuk bathin) dan vinnana
(kesadaran).
5.
Salayatana, berarti enam landasan indera (mata, telinga, hidung, lidah, jasmani
dan pikiran). Enam Landasan Indera ini muncul berbarengan dan bersama dengan
Nama-Rupa (Bathin-Jasmani). Enam Landasan Indera ini merupakan akibat (vipaka)
karma dari kehidupan yang lampau.
6.
Phassa, berarti kesan-kesan/kontak, yaitu :
a. kesan/kontak mata
b. kesan/kontak telingga
c. kesan/kontak hidung
d. kesan/kontak lidah
e. kesan/kontak jasmani
f. kesan/kontak pikiran
7.
Vedana, berarti perasaan. Perasaan yang muncul dari kesan-kesan : mata,
telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran.
8.
Tanha, berarti keinginan rendah atau kehausan yang tak habis-habisnya, mencari
kepuasan di sana-sini. Terdapat tiga macam Tanha, yaitu :
A)
Kama-tanha, ialah kehausan terhadap kesenangan-kesenangan indera yaitu kehausan
pada :
a. bentuk yang indah
b. suara yang merdu
c. bau yang wangi semerbak
d. rasa yang enak dan nikmat
e. sentuhan yang empuk dan halus
f. bentuk-bentuk bathin yang
menyenangkan
B)
Bhava-tanha, ialah kehausan untuk menjelma berdasarkan kepercayaan tentang
adanya "aku" yang kekal dan terpisah (attavada).
C)
Vibhava-tanha, ialah kehausan untuk memusnahkan diri berdasarkan kepercayaan
yang salah, yang menganggap bahwa setelah mati tamatlah atau habislah riwayat
tiap manusia/makhluk (ucchedavada).
9.
Upadana, ialah kemelekatan, yang terdiri dari 4 macam, yaitu :
a)
Kamupadana, ialah kemelekatan pada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan kesan
pikiran. Atau kemelekatan pada kesenangan indera.
b)
Ditthupadana, ialah kemelekatan pada pandangan yang salah, yaitu : yang benar
dikatakan salah, yang baik dikatakan buruk, yang dikatakan tidak berguna dan
lain-Iainnya.
c)
Silabbatupadana, ialah kemelekatan pada upacara agama, yang menganggap bahwa
upacara agama dapat menghasilkan kesucian.
d)
Attavadupadana, ialah kemelekatan pada kepercayaan tentang adanya
"aku" atau "atta" yang kekal dan terpisah.
10.
Bhava, ialah proses dumadi, yang terdiri dari dua macam, yaitu :
a)
Kammabhava, ialah proses kamma yaitu munculnya bentuk -bentuk karma yang
menyebabkan tumimbal lahir.
b)
Upattibhava, ialah proses tumimbal-Iahir, yaitu buah-buah kamma yang lalu
(vipaka-kamma).
11.
Jati, ialah kelahiran yaitu munculnya kelima khandha (pancakhandha).
12.
Jara-marana, ialah ketuaan dan kematian, yang merupakan rangkaian penderitaan,
seperti kesakitan, susah hati, kesedihan, ratap tangis, putus asa, kecewa,
kematian dan lain-Iainnya.
0 komentar untuk Apa itu Hukum Paticcasamuppada?.
Perlihatkan Semua Komentar Tutup Semua Komentar