Apa itu Hukum Paticcasamuppada?



Paticcasamuppada berarti “keadaan yang menempati siap untuk timbul/muncul bersamaan karena syarat-syarat berantai”, atau sering diterjemahkan “Hukum sebab musabab yang saling bergantungan”. Paticca samupada merupakan salah satu ajaran terpenting dalam agama Buddha.

Segala sesuatu di dalam kehidupan tidak ada yang timbul, terjadi atau lenyap secara tiba-tiba (spontan), tanpa didahului sesuatu sebab dan akibat, tetapi semuanya saling bergantungan. Baik dalam bentuk benda, kejadian, perbuatan, pikiran dan lain-lainnya.

Sang Buddha menerangkan tentang Paticcasamuppada pada Sutta Assutava yaitu
“Imasming sati idam hoti, imasuppada idam uppajjati.
 Imasmim asati idam na hoti, imassanirodha imam nurujjhati.

“Dengan adanya ini, adalah itu; dengan timbulnya ini, timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, tidak adanya itu; dengan lenyapnya ini, lenyaplah itu.”

Paticcasamuppada ada 12 faktor sebagai berikut :
1. Avijja paccaya sankhara : Dengan adanya Avijja (kebodohan bathin) maka muncullah Sankhara (bentuk-bentuk karma).

2. Sankhara paccaya vinnanam : Dengan adanya Sankhara (bentuk-bentuk karma) maka muncullah Vinnana (kesadaran).

3. Vinnana paccaya nama-rupam : Dengan adanya Vinnana (kesadaran) maka muncullah Nama-Rupa (bathin jasmani).

4. Nama-Rupa paccaya salayatanam : Dengan adanya Nama-Rupa (bathin-jasmani) maka muncullah Salayatana (enam landasan indera).

5. Salayatana paccaya phasso : Dengan adanya Salayatana (enam landasan indera) maka muncullah Phassa (kesan-kesan/kontak).

6. Phassa paccaya vedana : Dengan adanya Phassa (kesan-kesan kontak) maka muncullah Vedana (perasaan).

7. Vedana paccaya tanha : Dengan adanya Vedana (perasaan) maka muncullah Tanha (keinginan rendah).

8. Tanha paccaya upadanam : Dengan adanya Tanha (keinginan rendah), maka muncullah Upadana (kemelekatan)

9. Upadanna paccaya bhavo : Dengan adanya Upadana (kemelekatan) maka muncullah Bhava (penjadian).

10. Bhava paccaya jati : Dengan adanya Bhava (penjadian) maka muncullah Jati (kelahiran).

11. Jati paccaya jara-maranam : Dengan adanya Jati (kelahiran) maka muncullah Jara (ketuaan) dan Marana (kematian).

Penjelasan
1. Avijja atau Avidya (Sansekerta), berarti kegelapan bathin atau kebodohan bathin, karena tidak menembus Empat Kesunyataan Suci, sehingga orang terus-menerus berpegangan kepada kepercayaan tentang adanya "diri yang kekal" atau "aku yang kekal" dan terpisah. Dengan itu orang terus melakukan,dan mengikatkan dirinya pada perbuatan-perbuatannya yang baik atau yang jahat, sehingga ia tumimbal-lahir terus-menerus.

2. Sankhara, berarti bentuk-bentuk bathin yang mernpakan kehendak (cetana) yang membabar dalam perbuatan, perkataan dan pikiran, yang juga dapat disebut bentukbentuk karma.

3. Vinnana, berarti kesadaran, yang dimaksudkan adalah kesadaran yang merupakan akibat (vipaka) dari bentuk-bentuk karma (sankhara) yang baik atau yang jahat. Kesadaran ini disebut "patisandhivinnana" atau kesadaran yang bertumimbal lahir pada suatu bentuk kehidupan baru.

4. Nama-Rupa, berarti bathin danjasmani. Dengan bathin disini hanya dimaksudkan tiga Khandha (kelompok kehidupan), yaitu : vedana (perasaan), sanna (pencerapan) dan sankhara (bentuk bathin). Sedangkan vinnana (kesadaran) tidak termasuk, karena merupakan dasar syarat bagi pertumbuhan Nama-Rupa (bathinjasmani). Tetapi, jika tidak berhubungan dengan Paticcasamuppada, maka yang disebut Nama (Bathin) selalu terdiri dari empat khandha, yaitu vedana (perasaan), sanna (pencerapan), sankhara (bentuk bathin) dan vinnana (kesadaran).

5. Salayatana, berarti enam landasan indera (mata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran). Enam Landasan Indera ini muncul berbarengan dan bersama dengan Nama-Rupa (Bathin-Jasmani). Enam Landasan Indera ini merupakan akibat (vipaka) karma dari kehidupan yang lampau.

6. Phassa, berarti kesan-kesan/kontak, yaitu :
        a. kesan/kontak mata
        b. kesan/kontak telingga
        c. kesan/kontak hidung
        d. kesan/kontak lidah
        e. kesan/kontak jasmani
        f. kesan/kontak pikiran

7. Vedana, berarti perasaan. Perasaan yang muncul dari kesan-kesan : mata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran.

8. Tanha, berarti keinginan rendah atau kehausan yang tak habis-habisnya, mencari kepuasan di sana-sini. Terdapat tiga macam Tanha, yaitu :

A) Kama-tanha, ialah kehausan terhadap kesenangan-kesenangan indera yaitu kehausan pada :

        a. bentuk yang indah
        b. suara yang merdu
        c. bau yang wangi semerbak
        d. rasa yang enak dan nikmat
        e. sentuhan yang empuk dan halus
        f. bentuk-bentuk bathin yang menyenangkan
B) Bhava-tanha, ialah kehausan untuk menjelma berdasarkan kepercayaan tentang adanya "aku" yang kekal dan terpisah (attavada).

C) Vibhava-tanha, ialah kehausan untuk memusnahkan diri berdasarkan kepercayaan yang salah, yang menganggap bahwa setelah mati tamatlah atau habislah riwayat tiap manusia/makhluk (ucchedavada).

9. Upadana, ialah kemelekatan, yang terdiri dari 4 macam, yaitu :

a) Kamupadana, ialah kemelekatan pada bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan kesan pikiran. Atau kemelekatan pada kesenangan indera.

b) Ditthupadana, ialah kemelekatan pada pandangan yang salah, yaitu : yang benar dikatakan salah, yang baik dikatakan buruk, yang dikatakan tidak berguna dan lain-Iainnya.

c) Silabbatupadana, ialah kemelekatan pada upacara agama, yang menganggap bahwa upacara agama dapat menghasilkan kesucian.

d) Attavadupadana, ialah kemelekatan pada kepercayaan tentang adanya "aku" atau "atta" yang kekal dan terpisah.

10. Bhava, ialah proses dumadi, yang terdiri dari dua macam, yaitu :

a) Kammabhava, ialah proses kamma yaitu munculnya bentuk -bentuk karma yang menyebabkan tumimbal lahir.

b) Upattibhava, ialah proses tumimbal-Iahir, yaitu buah-buah kamma yang lalu (vipaka-kamma).

11. Jati, ialah kelahiran yaitu munculnya kelima khandha (pancakhandha).

12. Jara-marana, ialah ketuaan dan kematian, yang merupakan rangkaian penderitaan, seperti kesakitan, susah hati, kesedihan, ratap tangis, putus asa, kecewa, kematian dan lain-Iainnya.

19.31 - tanpa komentar

0 komentar untuk Apa itu Hukum Paticcasamuppada?.


Perlihatkan Semua Komentar Tutup Semua Komentar